ALAT UNTUK MENGETAHUI POSISI BINTANG DAN PENENTUAN ARAH KIBLAT


ALAT UNTUK MENGETAHUI POSISI BINTANG DAN PENENTUAN ARAH KIBLAT

 

Untuk mengetahui akurasi dari metode-metode penentuan arah kiblat, dapat dilihat  dari langkah kerja masing-masing metode sebagai berikut .

Metode pengukuran dengan mengetahui azimuth kiblat

      Metode ini memperhitungkan besar sudut kiblat pada bola bumi. Ketika ingin mengetahui arah kiblat maka secara otomatis perhitungan yang dimaksud adalah untuk mengetahui arah menuju Ka’bah di Mekah dilihat dari suatu tempat di permukaan Bumi. Perhitungan arah kiblat dilakukan dengan menggunakan prinsip ilmu ukur segitiga bola. Untuk perhitungan arah kiblat, ada 3 tit ik yang diperlukan, yaitu: titik A, terletak di lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya, tit ik B terletak di Ka’bah, dan t it ik C terletak di kutub Utara.  Metode pengukuran dengan mengetahui azimuth kiblat dapat diaplikasikan di lapangan dengan menggunakan alat bantu seperti yang akan dijelaskan di bawah ini yaitu:

Theodolit dan GPS

      Theodolit merupakan salah satu alat ukur sudut digital yang dapat dikategorikan paling akurat untuk mengukur kiblat. Di samping theodolit, ada Total Station yang dilengkapi dengan piranti Global Posit ioning System (GPS) sebagai pemandu arah dan posisi. Sistem kerja alat ini pada dasarnya sama yaitu dengan bantuan sinar matahari untuk mengetahui posisi azimuth matahari, dari posisi tersebut dapat diketahui arah utara sejati yang digunakan untuk menentukan arah kiblat tempat tersebut. Aplikasi sudut kiblat dengan alat ini tergolong cukup akurat. Terbukti dengan pengecekankembali yang telah penulis lakukan pada beberapa masjid dan mushalla, hasil aplikasi sudut kiblat dengan theodolit sama dengan hasil metode rashdul kiblat.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan theodolit yang akurat, maka dibutuhkan data yang akurat pula. Data tit ik koordinat suatu tempat yang digunakan dalam penentuan arah kiblat sebaiknya diperoleh dari GPS. GPS (Global Positioning System) merupakan sebuah alat penerima informasi waktu dan posisi secara pasti dan benar karena menggunakan data satelit yakni kode tertentu yang dikirimkan oleh satelit ke penerima GPS (Abidin, 2000: 43).

Pemanfaatan teknologi satelit berupa GPS ini digunakan dalam survei dan pemetaan khususnya penentuan posisi. Walaupun GPS  bukan satu-satunya teknologi penentuan posisi, tetapi metode ini digunakan hampir di semua tempat tanpa terganggu oleh waktu dan cuaca. Metode GPS merupakan teknologi satelit yang banyak digunakan di set iap Negara. Metode GPS ini menggunakan sistem WGS 1984 sebagai acuan perhitungan posisi yang mengacu pada datum geosentrik yang berlaku Internasional. Dengan adanya persamaan pemakaian sistem datum posisi dengan system datum gravitasi normal yaitu menggunakan sistem WGS 1984, maka dapat diperoleh keuntungan yaitu tidak perlu dilakukan trasformasi koordinat hasil pengukuran GPS ke sistem lokal. 444 Sehingga sistem GPS ini dapat dimanfaatkan dalam hal penentuan posisi secara akurat dalam pengukuran arah kiblat.

Segitiga Kiblat

          Segit iga kiblat adalah metode pengukuran arah kiblat dengan menggunakan perhitungan trigonometri segit iga siku.

Segitiga kiblat ini salah satu metode praktis yang dapat diterapkan ketika sudah diketahui arah utara sejati dan sudut kiblat tempat yang  diinginkan. Metode ini tergolong cukup akurat karena untuk mendapatkan sudut kiblat, panjang kedua sisi diperhitungkan secara telit i menggunakan penggaris. Setelah kedua sisinya dapat ditentukan, maka akan terbentuk sebuah segit iga, di mana salah satu sudutnya merupakan sudut kiblat.  Pengukuran arah kiblat dengan segit iga ini tergolong praktis diterapkan di lapangan dan mudah digunakan karena hanya menggunakan perhitungan trigonometri. Namun pada aplikasinya sangat tergantung pada penunjukan titik utara sejati sebelumnya. Selain itu, ketelit ian dalam mengambil data jarak memakai penggaris harus sangat diperhatikan karena panjang garis beberapa milimeter, sudut yang dibentuk tidak akurat lagi. Sehingga dalam pengukuran memakai segit iga ini harus benar-benar teliti.

Rubu’ Mujayyab dan Busur Derajat

          Rubu’ mujayyab atau kuadrant merupakan metode pengukuran sudut kiblat yang telah ada pada abad pertengahan yang lalu. Dalam hal ketelit ian, sudut yang dihasilkan rubu’ mujayyab ini hampir sama dengan busur derajat. Ketelit ian maksimum yang dapat  dicapai hanya sampai pada satuan menit. Ini dapat dilihat dari bentuk sexagesimal yang  terdapat dalam bentuk seperempat lingkaran ini.

  Selain tergantung pada penentuan arah utara sejati, tentu saja haruslah sangat berhatihati ketika Memposisikan Rubu’ Mujayyab sejajar utara atau barat sejati dan khoit rubu’ ditarik sebesar sudut kiblat, karena ketika satuan jaib yang kecil yang ada satuannya adalah menit terkadang menimbulkan kesalahan dalam penarikan khoit. Di samping itu, data yang dipakai dalam rubu’ mujayyab masih kasar dan sulit untuk dideteksi. Sehingga metode ini digolongkan pada metode pengukuran yang kurang akurat. Segitiga siku dari bayangan setiap saat Segit iga siku-siku dari bayangan matahari merupakan alternatif pengukuran arah kiblat yang dapat dikategorikan akurat, sederhana dan murah. Metode ini menggunakan teknik yang hampir sama dengan alat theodolit. Komponen utama yang harus diketahui ketika menggunakan segitiga siku adalah azimuth kiblat dan azimuth matahari. Dengan dua komponen tersebut, maka arah kiblat dapat ditentukan dengan mengambil bayangan sebuah tongkat yang didirikan tegak lurus di pelataran yang datar pada waktu yang telah ditentukan.
          Akan tetapi yang perlu diperhatikan, tingkat akurasi dari metode segitiga sikusiku Ini tergantung pada beberapa hal, yaitu: ketepatan jam yang digunakan untuk acuan pengukuran, ketepatan pengambilan data lintang dan bujur Ka’bah dan tempat yang diukur arah kiblatnya sesuai dengan konsep geografik atau geosentriks, ketepatan data deklinasi dan equation of time yang digunakan, serta ketelit ian pengambilan bayangan benda dari t ingkat yang benar-benar berdiri tegak lurus di tempat yang benar-benar datar.
Dengan kata lain, metode pengukuran arah kiblat dengan segitiga siku-siku dari bayangan matahari setiap saat akan menghasilkan arah kiblat yang akurat bilamana data-data pendukungnya akurat. Bila data-data pendukungnya akurat, maka arah kiblat yang dihasilkan dapat menyamai hasil arah kiblat dengan alat theodolit dan GPS, dan rashdul kiblat.

Kompa

Pengukuran arah kiblat maupun arah utara dengan berbagai model kompas termasuk kompas kiblat, masih memiliki kesalahan/ penyimpangan bervariasi sesuai dengan deklinasi magnetik suatu tempat. Sehingga menurut penulis, kompas hanya digunakan sebatas ancar-ancar saja, karena melihat bukti di lapangan ketika dilakukan pengukuran di daerah yang banyak terdapat baja, besi, atau medan listrik, dapat mengganggu penunjukan arah utara dan selatan sejati.

          Penggunaan kompas harus digunakan pada area lapangan yang sekiranya tidak terdapat besi dan bahan logam lainnya dan tetap menggunakan koreksi deklinasi  magnetik. Ini dilakukan untuk meminimalisir penyimpangan yang ditunjukkan utara magnetis kompas. Di samping itu, pengukuran kiblat dengan kompas ini terbatas hanya pada satuan derajat busur yang ada pada kompas tersebut.

Metode Pengamatan Rashdul Kiblat 

         Rashdul kiblat merupakan metode pengamatan bayangan pada saat posisi matahari berada di atas Ka’bah atau ketika matahari berada di jalur yang menghubungkan antara Ka’bah dengan suatu tempat. Pada setiap tanggal 28 Mei dan tanggal 16 Juli, semua bayangan benda yang tegak lurus di permukaan bumi yang terkena sinar matahari akan menunjukkan arah kiblat. Metode arah kiblat tradisional ini termasuk akurat bila dibandingkan dengan metode lain yang hanya ancar-ancar seperti kompas, rubu’ mujayab, segit iga kiblat, dan busur derajat.
          Berdasarkan pada deklinasi matahari yait u pergerakan matahari ke utara dan  selatan bumi yang berubah setiap harinya, waktu rashdul kiblat dapat ditentukan. Rashdul kiblat ini memperhitungkan posisi matahari ketika berada tepat di atas Ka’bah walaupun posisinya sedikit condong ke sebelah utara atau sebelah selatan Ka’bah. Pada saat itu setiap benda yang berdiri tegak lurus di atas permukaan bumi, bayangannya akan mengarah ke Ka’bah. Peristiwa Istiwa ’adzom ini ditandai dengan adanya persamaan lintang Ka’bah dengan deklinasi matahari. Waktu rashdul kiblat ini adalah waktu transit matahari di atas Ka’bah, sehingga dalam proses perhitungannya perlu dihitung meridian pass pada hari tersebut dengan cara mengurangi waktu zawal (pkl. 12.00 MMT) dengan nilai e
MP = pkl. 12.00 – e
= pkl. 12.00 – 00j 02m 45d
= pkl. 11:57: 15 MMT
Waktu zawal di Mekah pada tanggal 28 Mei 2010 adalah pkl. 11: 57: 15 MMT,  sehingga untuk mengetahui deklinasi pada jam tersebut dilakukan cara interpolasi dengan mengambil data dari  ephemeris atau program WinHisab yaitu:
δ^0pkl. 11: 00: 00 MMT/ pkl. 08: 00: 00 GMT = 210 27’ 41”
δ^0pkl. 12: 00: 00 MMT/ pkl. 09: 00: 00 GMT = 210 28’ 05”
δ^0pkl. 11: 57: 15 MMT/ pkl. 09: 57: 15 GMT = 210 28’ 3,9”

          Deklinasi matahari pada saat zawal di atas Ka’bah sebesar 210 28’ 3,9” Artinya pada waktu tersebut nilai deklinasi matahari hampir sama dengan lintang Ka’bah geografik (210 25’ 21,17”). Waktu inilah yang merupakan waktu di mana bayang-bayang set iap benda yang berdiri tegak lurus di permukaan Bumi dapat menunjukkan arah kiblat. Sehingga untuk mengetahui waktu rashdul kiblat pada tanggal 28 Mei 2010 di I ndonesia bagian barat, terlebih dahulu harus dihitung perbedaan waktu antara Mekah dan Indonesia bagian barat yaitu dengan mengetahui selisih bujur Mekah dengan Indonesia bagian barat yaitu:
δ (Bujur) Mekah = 390 49’ 34,56” BT
δ (Bujur) Indonesia bagian Barat = 105
Selisih Bujur Mekah dan lokasi = 650 10’ 25,44”
Sehingga diketahui selisih waktu di antara 2 lokasi yaitu 04j 20m 41,7d (650 10’ 25,44” x 4’). Jadi waktu Rashdul kiblat di Indonesia bagian barat yaitu dengan menambah 04j 20m 41,7d yaitu 16:17:56,7 WIB (dibulatkan pukul 16:18 WIB), dan untuk Indonesia bagian tengah yaitu tinggal menambah satu jam yaitu pkl. 17:18 WIT, dan Indonesia bagian t imur yaitu tinggal menambah dua jam yait u pkl. 18:18 WITA. Waktu rashdul kiblat ternyata tidak hanya dapat dimanfaatkan pada tanggal 28 Mei atau 16 Juli saja, akan tetapi ada toleransi di mana hari sebelum atau sesudahnya dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat. Sehingga untuk mendapatkan waktu rashdul kiblat pada tanggal berapa yang paling akurat atau paling mendekati titik pusat Ka’bah, maka penulis melakukan perbandingan dengan menampilkan data nilai deklinasi  matahari (δ) dan nilai equation of time (e) dari tabel Ephemeris pada tanggal 27 – 29 Mei 2010 yaitu:

Tabel di atas menunjukkan bahwa deklinasi matahari pada saat zawal di Mekah tidak hanya berada pada satu posisi yaitu pusat Ka’bah, akan tetapi terkadang berada condong di sebelah utara dan terkadang berada di sebelah selatan Ka’bah pada perjalanannya.


Referensi :
Abidin, Hasanudin Z, Geodesi Satelit, Jakarta, PT. Pradnya Paramita, 2001.
http://Pdf-arah-kiblat-dengan-teodolit.pdf
http://eprints.uinsby.ac.id/259/1/Buku%202%20Fix_247.pdf
http://irhandiferianto.orgfree.com/arah_kiblat.pdf
http://penentuan-arah-kiblat- Rashdul-kiblat.pdf




0 Response to "ALAT UNTUK MENGETAHUI POSISI BINTANG DAN PENENTUAN ARAH KIBLAT"

Posting Komentar

PENDAFTARAN PPPK 2022 SUDAH DI BUKA

sumber gambar: https://sscasn.bkn.go.id/  Website SSCASN sudah bisa dibuka umtuk penerimaan CASN oleh pemerintah di tahun 2022 mulai kemarin...